Kementerian Kesehatan Iran: 224 Warga Sipil Gugur dalam 65 Jam Serangan Brutal Israel
TEHERAN – Kementerian Kesehatan Iran Pemerintah Iran mengungkapkan data mengerikan akibat serangan udara bertubi-tubi yang dilancarkan oleh Israel dalam tiga hari terakhir. Dalam kurun waktu 65 jam, sebanyak 224 orang yang terdiri dari pria, wanita, hingga anak-anak dinyatakan gugur sebagai korban serangan brutal rezim Zionis. Tak hanya itu, 1.277 warga sipil lainnya terluka dan dilarikan ke rumah sakit, sebagian besar dalam kondisi kritis.
Informasi ini disampaikan langsung oleh Kementerian Kesehatan Iran dalam konferensi pers darurat pada Selasa (18/6/2025) pagi waktu Teheran. Disebutkan bahwa lebih dari 90% korban adalah warga sipil, yang tak bersenjata dan tidak memiliki kaitan langsung dengan fasilitas militer apa pun.
Serangan Membabi Buta ke Kota dan Permukiman
Serangan yang dilakukan oleh militer Israel disebut telah menyasar berbagai wilayah padat penduduk. Rudal dan bom udara diluncurkan secara simultan ke sejumlah kota besar, termasuk Shiraz, Tabriz, Qom, dan Teheran.
Rumah sakit, pasar tradisional, sekolah, hingga fasilitas ibadah menjadi sasaran kehancuran. Video yang beredar di media sosial menunjukkan puing-puing bangunan, tubuh korban yang berserakan, serta warga yang panik berlari menyelamatkan diri.
“Israel tidak lagi memedulikan hukum humaniter internasional. Mereka menargetkan wilayah sipil secara terang-terangan,” ujar Juru Bicara Kementerian Kesehatan Iran, dr. Mahyar Fardoust.
Ia menambahkan bahwa banyak anak-anak dan perempuan menjadi korban utama karena serangan dilancarkan pada malam hari, saat sebagian besar warga berada di rumah masing-masing.
Melanggar Hukum Internasional Kementerian Kesehatan Iran
Serangan Israel terhadap wilayah sipil Iran ini menuai kecaman keras dari berbagai pihak. Amnesty International dan Human Rights Watch (HRW) dalam pernyataan terpisah menyebut bahwa tindakan Israel termasuk dalam kategori kejahatan perang, karena secara jelas melanggar prinsip proporsionalitas dan diskriminasi dalam hukum konflik bersenjata.
Konvensi Jenewa dengan tegas melarang penyerangan terhadap warga sipil dan infrastruktur non-militer. Namun, dalam 65 jam terakhir, justru rumah sakit dan tempat ibadah menjadi sasaran utama.
“Pemboman terhadap sekolah dan rumah sakit tidak bisa ditoleransi. Dunia internasional harus segera bertindak,” kata Prof. Gerald Hennesy, pakar hukum humaniter dari University of Oslo.
Kondisi Rumah Sakit Iran Kritis Kementerian Kesehatan Iran
Selain korban jiwa, tekanan besar kini juga dirasakan oleh sistem layanan kesehatan Iran. Rumah sakit rujukan di Teheran, Mashhad, dan Isfahan telah mencapai titik kritis. Kekurangan obat, tempat tidur, dan tenaga medis menjadi tantangan utama dalam menangani lebih dari seribu korban luka.
Beberapa rumah sakit darurat telah didirikan di lapangan terbuka, sementara relawan medis dan mahasiswa kedokteran dikerahkan untuk membantu operasi penyelamatan.
Seruan Iran kepada Dunia Internasional
Presiden Iran, Ebrahim Raisi, melalui pidato resminya menuduh Israel berupaya memicu krisis kemanusiaan besar-besaran di kawasan. Ia menyerukan kepada negara-negara sahabat, termasuk Indonesia, Rusia, dan negara-negara OKI (Organisasi Kerja Sama Islam), untuk segera mengambil langkah diplomatik guna menghentikan kekejaman ini.
“Kami tidak akan berdiam diri ketika rakyat kami dihancurkan tanpa alasan. Dunia harus memilih: berdiri untuk keadilan atau menjadi saksi kejahatan yang tak berperikemanusiaan,” ucap Raisi.
Respons Dunia: Masih Terbelah
Sayangnya, meski korban jiwa terus berjatuhan, respons dunia internasional terhadap serangan Israel masih terbelah. Sementara beberapa negara Eropa menyerukan gencatan senjata, sekutu utama Israel seperti Amerika Serikat hingga kini belum menyatakan potensi tindakan keras terhadap Tel Aviv.
Di berbagai kota di dunia seperti Istanbul, Karachi, dan Kuala Lumpur, gelombang demonstrasi pro-rakyat Iran mulai bermunculan. Seruan boikot terhadap produk-produk yang mendukung militer Israel juga menguat di media sosial.
Penutup: Darurat Kemanusiaan di Tengah Ketegangan Politik
Perang antara Iran dan Israel kini telah berkembang jauh dari sekadar konflik geopolitik. Dengan ratusan korban sipil dan ribuan lainnya terluka, dunia dihadapkan pada darurat kemanusiaan yang tak bisa lagi diabaikan.
Selagi para pemimpin dunia masih berdebat di meja diplomasi, satu hal tak bisa dibantah: yang paling menderita selalu rakyat kecil. Mereka yang tak terlibat dalam urusan militer, namun harus membayar harga paling mahal dari kekerasan tak berkesudahan.
Post Comment